Menu

26 Nov 2009

Perjalan ke Kampus Rakyat (bag 2)

Setelah mendapatkan kepastian lulus, hati itu teras plong...banget. Sudah tenang. walaupun hasil Ujian Nasional agak mengecewakan, bahkan beberpa guru pun berkomentar iba, "untung saja kau lulus yat, hampir saja" .
saya pun menjawabnya dengan tenang
"iya Pa, alhamdulillah saya lulus".

Yah, seperti itulah kehidupan, penuh tantangna, cobaan, rintangan, suka, dan duka. Kita pun harus ingat akan firma Allah swt. berikut:

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al-Baqaroh: 214)

Mungkin ini salah satu cobaan dari Allah untuk menguji kesabaranku, saya pun berusha tetap tegar. Alhamdulillah saya mempunyai seorang ibu alias mama yangs angat pengertian, beliau mengatakan
"tidak apa-apa yat, yang penting sudah diterima di IPB. nanti disana belajar yang rajin dan buktikan klo kau bisa dan pandai"
Saya pun bersemangat untuk membuktikan bahwa saya bisa membahagiakan orang tua, dan ingin menebus nilai matematikaku di UN yang jelek.

Tiba saat keberangkatan
Akhir Juli 2007, tiket sudah dibeli. Pergi ke bandara Mutiara Palu menggunakan motor bersama keluargaku tercinta. Saya berangkat ke Jakarta hanya berdua bersama temanku yang lolos PMDK di Bandung, Made Indra. Orangtuaku hanya mengantarkan sampe bandara saja. saat-saat yang mendebarkan, pergi ke kampung orang, meniggalkan kota yang membesarkanku.

Kucium tangan penuh cinta mama dan papaku. Tak terasa air matapun menetes satu persatu membasahi pipiku. Kuberusaha menahanya sekuat tenaga, tetap tegar, sambil menguatkan azzam untuk mencari ilmu yang bisa membawaku ke surganya Allah. Tak sanggup saya melihat wajah mamku yang saat itu menetskan air mata. Selangkah demi selangkah meninggalkan orang yang saya sayangi di depan pintu pengantar, tak mampu saya menoleh ke belakang melihat mereka, tak mampu saya melihat kesedihan di matanya, saya yakin kesedihan sekaligus kebanggaan.

Di pesawat
Disamping saya duduk ada Made Indra. Matanya terus mengeluarkan air yang membasahi pipinya. Saya pun tidak bisa menyembunyikan kesedihanku, air mata pun tak terbendung. Saya berusaha sabar, sehingga nangisnya ga kelamaan. hehehe. Saya menatap keindahan malam hari kota, nampak dari udara cahaya kelap-kelip kota.

Akhirnya sampai di Jakarta
Akhirnya sampe juga di Bandara Soekarno-Hatta, saya mencari-cari Om Nawi (adik dari mamaku) yang tinggal di Tangerang. Sudah lama saya tidak ketemu, karena om Nawi juga sudah belasan tahun tidak mudik ke Palu. Akhirnya berbekal handphone bisa ketemu juga. Kami pun berangkat ke rumah Om ku di Tangerang, sementara temanku langsung naik bus ke Bandung, di sana sudah ada yang akan menjemput.

Beberapa hari tinggal di rumah Om sembari mempersipakan keberangkatanku berikutnya, ke kampus rakyat, Bogor Agricultural University (IPB).

bersambung ke bagian ketiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komentar Anda.